“Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu dan sembelihlah hewan qurban.” (Al-Kautsar: 2)
Allah telah mensyariatkan umat Islam untuk berkurban hal tersebut dicontohkan oleh Nabi Ibrahim AS, yang mendapat wahyu dari Allah SWT melalui mimpi. Dalam mimpi tersebut Allah menyuruh Nabi Ibrahim untuk menyembelih putra kesayangannya, yakni Nabi Ismail AS. Maka Nabi Ibrahim pun berusaha untuk mewujudkan mimpi tersebut meski dengan berat hati, Nabi Ibrahim pun menemui putranya di Mekah dan menyampaikan berita tersebut kepada Isma'il. Jika hal tersebut terjadi pada masa sekarang mungkin banyak anak yang lari dan marah-marah kepada orang tuanya, namun berbeda dengan Ismail yang saat itu masih belia dan belum diangkat menjadi seorang rasul. Setelah mendengar penuturan ayahnya Nabi Ismail berkata dengan bijaksana dan penuh ketaatan:
" Wahai ayahku! Laksanakanlah apa yang telah diperintahkan oleh Allah kepadamu. Engkau akan menemuiku Insya-Allah sebagai seorang yang sabar dan patuh kepada perintah. Aku hanya meminta dalam melaksanakan perintah Allah itu , agar ayah mengikatku kuat-kuat supaya aku tidak banyak bergerak sehingga menyusahkan ayah, kedua agar menanggalkan pakaianku supaya tidak terkena darah yang akan menyebabkan berkurangnya pahalaku dan terharunya ibuku bila melihatnya, ketiga tajamkanlah parangmu dan percepatkanlah perlaksanaan penyembelihan agar meringankan penderitaan dan rasa pedihku, keempat dan yg terakhir sampaikanlah salamku kepada Ibuku berikanlah kepadanya pakaian ku ini untuk menjadi penghiburnya dalam kesedihan dan tanda mata serta kenang-kenangan baginya dari putra tunggalnya.”
Kemudian dipeluknyalah Ismail dan dicium pipinya oleh Nabi Ibrahim seraya berkata:
" Bahagialah aku mempunyai seorang putera yang taat kepada Allah, bakti kepada orang tua yang dengan ikhlas hati menyerahkan dirinya untuk melaksanakan perintah Allah."
Maka diikatlah kedua tangan dan kaki Ismail, dibaringkanlah ia di atas lantai, lalu diambillah parang tajam yg sudah tersedia dan sambil memegang parang di tangannya, kedua mata Nabi Ibrahim yang tergenang air mata berpindah memandang wajah puteranya ke parang yang mengkilap di tangannya, seakan-akan pada masa itu hati beliau menjadi tempat pertarungan antara perasaan seorang ayah di satu pihak dan kewajiban seorang rasul di satu pihak yg lain. Pada akhirnya dengan memejamkan matanya, parang diletakkan pada leher Nabi Ismail dan penyembelihan di lakukan . Akan tetapi apa daya, parang yg sudah demikian tajamnya itu ternyata menjadi tumpul dileher Nabi Ismail dan tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya dan sebagaimana diharapkan.
" Wahai ayahku! Rupa-rupanya engkau tidak sampai hati memotong leherku karena melihat wajahku, cobalah telangkupkan aku dan laksanakanlah tugasmu tanpa melihat wajahku."
Akan tetapi parang itu tetap tidak berdaya mengeluarkan setitik darah pun dari daging Ismail walau ia telah ditelangkupkan dan dicoba memotong lehernya dari belakang. Dalam keadaan bingung dan sedih hati, karena gagal dalam usahanya menyembelih puteranya, datanglah kepada Nabi Ibrahim wahyu Allah dengan firmannya:" Wahai Ibrahim! Engkau telah berhasil melaksanakan mimpimu, demikianlah Kami akan membalas orang-orang yg berbuat kebajikkan ." Kemudian sebagai tebusan ganti nyawa Ismail telah diselamatkan itu, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim menyembelih seekor kambing yang telah tersedia disampingnya dan segera dipotong leher kambing itu oleh beliau dengan parang yg tumpul di leher puteranya Ismail itu. Dan inilah asal permulaan sunnah berqurban yg dilakukan oleh umat Islam pada tiap Hari Raya Idul Adha di seluruh dunia .
Kejadian tersebut merupakan suatu mukjizat dari Allah yg menegaskan bahwa perintah pengorbanan Ismail itu hanya suatu ujian bagi Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail sampai sejauh mana cinta dan taat mereka kepada Allah. Ternyata keduanya telah lulus dalam ujian yang sangat berat itu. Nabi Ibrahim telah menunjukkan kesetiaan yang tulus dengan pergorbanan puteranya, untuk berbakti melaksanakan perintah Allah. Sedangkan Nabi Ismail tidak sedikit pun ragu atau bimbang dalam memperagakan kebaktiannya kepada Allah dan kepada orang tuanya dengan menyerahkan jiwa raganya untuk dikorbankan.
Itulah sunnah qurban yang disyariatkan melalui Nabi Ibrahim, hingga saat ini umat Islam di dunia masih melakukan sholat Idul Qurban yang disunnahkan oleh Nabi Muhammad dan menyembelih hewan qurban apa hikmah untuk manusia pada jaman sekarang?
Sama halnya dengan Nabi Ibrahim, qurban bagi manusia saat ini pun adalah ujian, disaat terhimpit perekonomian yang semakin menyesakkan, umat Islam di belahan dunia disunahkan untuk berqurban dengan memberikan sebagian rizkinya dengan menyembelih hewan qurban dan berbagi dengan masyarakat yang membutuhkan, dimana kaum ini jarang sekali memakan-makanan enak selayaknya orang-orang kaya pada umumnya. Seperti yang disunnahkan oleh nabi Muhammad SAW yang terdapat dalam firman Allah SWT:
“Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebagian dari syiar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, maka sebutlah olehmu nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam keadaan berdiri (dan telah terikat). Kemudian apabila telah roboh (mati), maka makanlah sebagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta.” (Al-Hajj: 36)
Ayat tersebut, dengan jelas mengatakan bahwa kita mesti berbagi dengan sesama, berbagi dengan kaum yang tidak meminta dan dengan kaum yang meminta-minta. Maka saat ini Indonesia yang sudah memasuki jajaran negara miskin, tentu memiliki ribuan kaum fakir miskin maka sudah seharusnya bagi orang yang mampu berkurban, Idul Quban dijadikan ajang untuk berbagi dengan kaum fakir, miskin dan dhuafa, berbagi dengan memberikan daging kurban dan memberikan kebahagiaan dengan keikhlasan dan kesabaran.
Karena pengertian qurban sendiri tidak berarti mengorbankan hewan tapi lebih tepatnya qurban berasal dari qaruba yaqrubu qurban wa qurbanan berarti mendekat atau pendekatan. Menurut istilahnya qurban berarti melakukan ibadah penyembelihan binatang dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah. Maka sudah selayaknya qurban ini berarti menguji keiklasan kita untuk berbagi dengan orang lain, seperti halnya Nabi Ibrahim dan Ismail yang ikhlas akan ketentuan Allah. Jangan sampai terbesit dalam diri kita untuk riya karena telah mampu berqurban, sehingga tanpa kita sadari kita membanggakan diri kita kepada orang lain, maka patutlah kita istighfar karena berqurban juga berarti mengorbankan hawa nafsu kita, kesombongan kita dan kerakusan yang nampak dalam diri kita, maka dengan momen Idul Qurban, semoga kita senantiasa bertaqarub terhadap Allah, karena qurban adalah wujud kecintaan kita kepada Allah dengan ketaatan dan sesama, dengan saling memberi antara si kaya dan si miskin.